FISIOTERAPI KIFOSIS
Definisi
Scoliosis adalah suatu kelainan yang
menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari spine (tulang belakang). Spine
mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat dari samping, namun ia
harus nampak lurus ketika dilihat dari depan. Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine
bengkok kedepan (maju). Lordosis
adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok kebelakang.
Orang-orang dengan scoliosis mengembangkan lekukan-lekukan tambahan ke setiap
sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada masing-masing seperti sebuah
pencabut sumbat botol (corkscrew)
Scoliosis adalah kira-kira dua kali
lebih umum pada anak-anak perempuan dari pada anak-anak lelaki. Ia dapat
dilihat pada semua umur, namun ia adalah lebih umum pada mereka yang lebih dari
10 tahun umurnya. Scoliosis adalah
turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis adalah lebih mungkin
mempunyai anak-anak dengan scoliosis; bagaimanapun, tidak ada korelasi antara
keparahan dari lekukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
PENDAHULUAN
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan,
mengandung arti kondisi patologik. Vertebra
servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra
berada pada garis tengah. Skoliosis adalah
deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral
dan rotasional. Bentuk skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas
tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior dan rotasional.
Skoliosis
dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis
struktural dan non struktural (postural). Pada skoliosis postural,
deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan
diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan
pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi
maka kurva tersebut menghilang. Pada skoliosis struktural terapat deformitas
yang tidak dapat diperbaiki pada segmen tulang belakang yang terkena. Komponen
penting dari deformitas itu adalah
rotasi vertebra; processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosis idiopatik.
Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital, neuromuskular, dan skoliosis idiopatik.
INSIDEN
Sekitar 80% skoliosis adalah
idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat dilaporkan
dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi dilaporkan pada
kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang terjadi
pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak
dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari pada
perempuan.
PENYEBAB SCOLIOSIS
Pada
kebanyakan kasus-kasus, penyebab dari scoliosis tidak diketahui (idiopathic).
Tipe dari scoliosis ini digambarkan berdasarkan pada umur ketika scoliosis
berkembang. Jika orang itu kurang dari 3 tahun umurnya, ia disebut infantile
idiopathic scoliosis. Scoliosis yang berkembang antara umur 3 dan 10 tahun
disebut juvenile idiopathic scoliosis, dan orang-orang yang diatas 10 tahun
umurnya mempunyai adolescent idiopathic scoliosis.
ADA TIGA TIPE-TIPE UTAMA LAIN
DARI SCOLIOSIS:
FUNCTIONAL:
Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal berkembang karena
suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu
kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan
di punggung.
NEUROMUSCULAR:
Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan
ketika tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal
untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.
Tipe scoliosis ini berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain
termasuk kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy),
cerebral palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia
disebut congenital. Tipe scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan
memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari
scoliosis.
DEGENERATIVE:
Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari
scoliosis yang ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative
scoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh
perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan oleh arthritis. Pelemahan dari
ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari spine
digabungkan dengan spur-spur tulang yang abnormal dapat menjurus pada suatu
lekukan dari spine yang abnormal.
Lain-Lain:
Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk tumor-tumor spine
seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi pada spine
dan menyebabkan nyeri/sakit. Nyeri menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada
sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada
tumor. Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
GEJALA-GEJALA SCOLIOSIS
Gejala-gejala
yang paling umum dari scoliosis adalah suatu lekukan yang tidak normal dari
spine. Seringkali ini adalah suatu perubahan yang ringan dan mungkin pertama
kali diperhatikan oleh seorang teman atau anggota keluarga. Ia dapat juga
ditemukan pada suatu pengujian penyaringan sekolah yang rutin untuk scoliosis.
Mereka yang terpengaruh mungkin mencatat bahwa pakaian-pakaian mereka tidak
cocok seperti yang mereka lakukan sebelumnya atau bahwa celana-celana panjang
adalah lebih panjang pada satu sisi daripada yang lainnya.
Scoliosis
mungkin menyebabkan kepala nampaknya bergeser dari tengah atau satu pinggul
atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Jika scoliosis adalah
lebih parah, ia dapat membuatnya lebih sulit untuk jantung dan paru-paru untuk
bekerja dengan baik. Ini dapat menyebabkan sesak napas dan nyeri dada.
Pada
kebanyakan kasus-kasus, scoliosis adalah tidak menyakitkan, namun ada tipe-tipe
tertentu dari scoliosis yang dapat menyebabkan sakit punggung. Sebagai
tambahan, ada penyebab-penyebab lain dari sakit punggung, yang dokter anda juga
akan ingin mencarinya.
ETIOLOGI
Walaupun
penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa perbedaan
teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik, hormonal,
abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan neuromuskular tulang, otot
dan jaringan fibrosa.
- FAKTOR
GENETIK
Dilaporkan bahwa faktor genetik
mempunyai komponen pada perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden
pada keluarga pasien dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang
tidak mempunyai riwayat penyakit scoliosis.
- FAKTOR
HORMONAL.
Defisiensi melatonin
diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi melatonin pada malam hari
menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis dibandingkan dengan pasien tanpa
progresivitas. Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan pada
perkembangan skoliosis. Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya
dilaporkan pada pasien dengan growth hormone.
-
PERKEMBANGAN SPINAL DAN TEORI BIOMEKANIK
Abnormalitas dari
mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari perkembangan dan
progresivitas skoliosis, dimana dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan
pada remaja.
-
ABNORMALITAS JARINGAN.
Beberapa teori diajukan
sebagai komponen struktural pada komponen tulang belakang (otot, tulang,
ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab skoliosis. Beberapa teori didasari
atas observasi pada kondisi seperti syndrome Marfan (gangguan fibrillin),
duchenne muscular dystrophy (gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.
ANATOMI TULANG BELAKANG
Pada umumnya vertebra terdiri dari corpus, arcus processus spinosus dan processus transversus. Ditengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrae, yang berada diantara corpus dan arcus vertebrae. Foramen vertebrae dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran yang disebut kanalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. Diantara corpus vertebrae yang lain terdapat discus intervertebralis.
Pada umumnya vertebra terdiri dari corpus, arcus processus spinosus dan processus transversus. Ditengah setiap vertebra terdapat lubang yang disebut foramen vertebrae, yang berada diantara corpus dan arcus vertebrae. Foramen vertebrae dari ruas-ruas tulang belakang bersama-sama membentuk suatu saluran yang disebut kanalis vertebralis yang berisikan medulla spinalis. Diantara corpus vertebrae yang lain terdapat discus intervertebralis.
Ruas-Ruas
Tulang Belakang Tersusun Menjadi Columna Vertebralis Yang Terdiri Atas:
• Vertebra cervikalis, terdiri atas : 7 ruas
• Vertebra torakalis, terdiri atas : 12 ruas
• Vertebra lumbalis, terdiri atas : 5 ruas
• Vertebra sacralis, terdiri atas :5 ruas dan membentuk os sacrum
• Vertebra coccygeus, terdiri atas :5 ruas dan membentuk os coccygeus
• Vertebra cervikalis, terdiri atas : 7 ruas
• Vertebra torakalis, terdiri atas : 12 ruas
• Vertebra lumbalis, terdiri atas : 5 ruas
• Vertebra sacralis, terdiri atas :5 ruas dan membentuk os sacrum
• Vertebra coccygeus, terdiri atas :5 ruas dan membentuk os coccygeus
Bentuk
Kolumna Vertebralis Tidak Lurus, Di Beberapa Tempat Membentuk Beberapa
Lengkungan, Yaitu :
• Lordosis cervikalis, melengkung ke anterior didaerah cervical
• Kyphosis torakalis, melengkung ke dorsal didaerah torakal
• Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior daerah lumbal
• Kyphosis sacralis, melengkung kedaerah sacral
• Lordosis cervikalis, melengkung ke anterior didaerah cervical
• Kyphosis torakalis, melengkung ke dorsal didaerah torakal
• Lordosis lumbalis, melengkung ke anterior daerah lumbal
• Kyphosis sacralis, melengkung kedaerah sacral
DIAGNOSIS
Jika
anda berpikir anda mempunyai scoliosis, anda dapat mengunjungi dokter anda
untuk suatu pengujian. Dokter akan bertanya pertanyaan-pertanyaan, termasuk
apakah ada suatu sejarah scoliosis keluarga, atau apakah anda mempunyai nyeri
apa saja, kelemahan, atau persoalan-persoalan medis lain.
Pengujian
fisik melibatkan melihat pada lekukan spine dari sisi-sisi, depan, dan
belakang. Orang itu akan diminta untuk membuka baju dari pinggang keatas untuk
melihat lebih baik segala lekukan-lekukan yang abnormal. Orang itu akan
kemudian membungkuk kedepan mencoba untuk menyentuh jari-jari kaki mereka.
Dokter akan juga melihat pada simetris dari tubuh untuk melihat apakah
pinggul-pinggul dan pundak-pundak berada pada tinggi yang sama.
Perubahan-perubahan kulit apa saja akan juga diidentifikasi yang dapat
menyarankan scoliosis yang disebabkan oleh suatu kerusakan kelahiran.
Pertumbuhan
yang lebih yang seseorang mendapatkan tersisa meningkatkan
kesempatan-kesempatan dari scoliosis menjadi lebih buruk. Sebagai akibatnya,
dokter mungkin mengukur tinggi dan berat dari seseorang untuk perbadingan
dengan kunjungan-kunjungan masa depan. Petunjuk-petunjuk lain pada jumlah
pertumbuhan yang tersisa adalah tanda-tanda dari pubertas (masa remaja) seperti
kehadiran dari payudara-payudara atau rambut kemaluan (pubic hair) dan apakah
periode-periode menstrual telah mulai pada anak-anak perempuan.
Jika
dokter percaya anda mempunyai scoliosis, anda dapat diminta untuk kembali untuk
suatu pengujian tambahan dalam beberapa bulan untuk melihat apakah ada suatu
perubahan, atau dokter mungkin mendapatkan X-rays daripunggung anda. Jika
X-rays didapat, dokter dapat membuat pengukuran-pengukuran dari mereka untuk
menentukan berapa besar dari lekukan yang hadir. Ini dapat membantu memutuskan
perawatan apa, jika ada, yangperlu. Pengukuran-pengukuran dari
kunjungan-kunjungan masa depan dapat dibandingkan untuk melihat apakah lekukan
menjadi lebih buruk.
RIWAYAT
PENYAKIT
Perlu ditanyakan riwayat
keluarga akan skoliosis atau suatu catatan mengenai beberapa kelainan selama
kehamilan atau persalinan, kejadian penting dalam perkembangan harus dicatat.
Pada kurva yang lebih besar kadang-kadang disertai dengan keluhan nyeri dan
sesak.
GAMBARAN KLINIS
Gambaran yang terlihat pada
skoliosis adalah manifestasi dari tiga deformitas, gambaran tersebut
diakibatkan oleh kombinasi deviasi lateral korpus vertebra dan dinding dada.
Bila terjadi deviasi lateral vertebra, vertebra berotasi disekeliling sumbunya
yang panjang. Lengkungan yang cembung kekanan memperlihatkan berbagai derajat
rotasi, yang menyebabkan penonjolan iga (rib hump). Jika pasien dilihat dari
belakang dapat memperlihatkan deviasi lateral processus spinosus dari garis
tengah. Pada kurva thorakal, tampak punggung yang miring, rib hump dan asimetri
skapula. Pada kurva lumbal tampak penonjolan asimetris salah satu pinggul.
Setelah
pasien dilihat dari belang dalam posisi berdiri tegak, dilakukan tes fleksi ke
depan yang disebut Forward Bend Test. Pada posisi fleksi kedepan, deformitas
rotasi dapat diamati paling mudah, dan penonjolan iga atau penonjolan
paralumbal dapat dideteksi. Lengkung minor sering mudah dideteksi dengan
komponen rotasinya. Pada umumnya, jika deviasi lateral vertebra meningkat,
begitu juga deformitas rotasinya, tetapi hubungan ini tidak linear dan banyak
lengkung minor memperlihatkan rotasi yang nyata sedangkan beberapa deformitas
skoliotik sedang dan berat hanya memperlihatkan unsur rotasional yang lebih
ringan.
SKOLIOMETER
Skoliometer adalah
sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan skoliometer
dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien
karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura, sebagai
contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih
jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan skoliometer pada apeks
kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca angka derajat kurva.
Pada screening, pengukuran ini
signifikan apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari 5 derajat, hal ini
biasanya menunjukkan derajat kurvatura > 200 pada pengukuran cobb’s angle
pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi yang lanjut12,13
- PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. X-Ray
Proyeksi
Foto
polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang
belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva
dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva
structural akan memperlihatkan rotasi vertebra ; pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu
tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus dari akhir inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.
Maturitas
kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena kurva sering
bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan kerangka yang cepat.
Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera setelah pubertas; ossifikasi
meluas kemedial dan jika penulangan krista iliaka selesai, pertambahan
skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas skeletal melalui tanda Risser,
dimana ossifikasi pada apofisis iliaka dimulai dari Spina iliaka anterior
superior (SIAS) ke posteriormedial. Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan
ditentukan kedalam grade 0 sampai 5.
Derajat Risser adalah sebagai berikut :
Ø Grade 0
menandakan tidak ada ossifikasi,
Ø Grade 1
menandakan penulangan mencapai 25%, grade 2 mencapai 26-50%,
Ø Grade 3
mencapai 51-75%, grade 4 mencapai 76% dan grade 5 menunjukkan fusi tulang yang
komplit.
SKOLIOSIS
IDIOPATIK
Lembaga Penelitian
Skoliosis (The Scoliosis Research Society) merekomendasikan bahwa Skoliosis
Idiopatik digolongkan berdasarkan umur pasien pada saat diagnosis ditegakkan.
1. SKOLIOSIS IDIOPATIK INFANTIL
Kelengkungan vertebra
berkembang saat lahir sampai usia 3 tahun. James, pertama kali menggunakan
istilah skoliosis idiopatik infantil, mencatat bahwa kurva terjadi sebelum umur
3 tahun, dimana lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan
sebagian besar torakal melengkung kiri.
Dua
tipe kurva dilaporkan pada skoliosis infantil yaitu resolving type (85%) dan
progressive type (15%). Perkembangan metode Mehta dilakukan untuk membedakan
kedua tipe kurva tersebut, dengan cara pengukuran pada posisi AP radiologi.
Pertama, dengan menggambar sebuah garis perpendikular ke end-plate pada apeks
vertebra. Kedua menarik garis yang memotong caput dan collum pada costa, sudut yang
dibentuk pada perpotongan kedua garis tersebut disebut RVA (Rib-Vertebra
Angle). Kurva dengan RVAD > 200 dapat menunjukkan progresivitas. .
PENATALAKSANAAN
Hal yang utama pada scoliosis
infantile adalah non bedah, untuk pasien dengan resolving type yaitu dilakukan
pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive type maka
penggunaan gips atau brace merupakan pilihan. Pada anak-anak yang masih muda,
pemberian gips secara bertahap dengan anestesi umum sampai cukup besar untuk
ortoshis. Interval antara penggunaan gips ditentukan dengan pertumbuhan
rata-rata anak tapi biasanya penggantian gips dibutuhkan selama 2-3 bulan.
Penggunaan penyangga (brace) di pakai sampai terjadi stabilisasi kurva minimal
2 tahun. Penggunaan brace dapat dengan jenis Milwaukee Brace (Cervical-Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis) atau Boston
Brace (Thoracic-Lumbar-Sacral-Orthosis). Jika kurva besar atau bertambah
walaupun dengan orthosis, pembedahan stabilisasi tetap dibutuhkan. Jika
pembedahan dibutuhkan, arthrodesis anterior dan posterior dapat
dipertimbangkan, termasuk hanya struktural atau kurva primer. Gabungan antara
arthrodesis anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft
phenomenon”. Jika tekhnik memungkinkan, batang subkutaneus dapat
dipertimbangkan.
(2).
SKOLIOSIS IDIOPATIK JUVENIL
Skoliosis
Idiopatik Juvenil terjadi pada umur 4-10 tahun. Berbagai bentuk dapat terjadi
namun kurva torakal biasanya kekanan. Skoliosis Juvenil biasanya lebih
progresif dari adolesent. Lonstein menemukan bahwa 67% pasien dengan umur
dibawah 10 tahun menunjukkan progresivitas kurva dan resiko progresivitas 100%
pada pasien yang berumur double thoracic > thorakolumbal > Lumbal. Pada
scoliosis juvenile ini, metode Mehta
RVAD kurang digunakan dalam menentukan prognosis dibandingkan dengan
skoliosis infantil. .
Walaupun
cenderung progresif dan membutuhkan pembedahan, skoliosis juvenil ditangani
sesuai pedoman yang sama terhadap skoliosis adolescent. Untuk kurva yang kurang
dari 200 maka dilakukan observasi dengan pemeriksaan radiologi PA tegak setiap
4-6 bulan.
Tanda
adanya progresif pada radiologi jika terdapat perubahan paling sedikit 5-70
sehingga dibutuhkan Brace. Jika kurva tidak progresif maka observasi diteruskan
sampai skelet matur. Walaupun banyak literatur yang menunjukkan pengobatan
orthotik pada scoliosis juvenile, Milwaukee brace tetap diprioritaskan. TLSO
biasanya digunakan untuk kurva thorakal dengan apeks pada T8 atau dibawah. Pada
awalnya, brace digunakan full-time (23 jam perhari) kemudian dikurangi secara
berangsur-angsur. Bagaimanapun, pasien harus tetap berhati-hati adanya tanda
progresivitas, jika terdapat progresivitas maka program brace full-time
dilanjutkan kembali. .
Pembedahan
dilakukan pada kurva >500, dapat digunakan dengan subcutaneous rod,
multihook segmental system atau spinal fusion. Spinal fusion dapat dilakukan
dengan anterior dan posterior perlu untuk mencegah “crankshaft phenomenon”. .
(3).
SKOLIOSIS IDIOPATIK ADOLESCENT
Skoliosis
Idiopatik adolescent terjadi pada umur 10 tahun atau lebih, scoliosis jenis ini
paling sering terjadi pada remaja putri. Untuk mendiagnosa sebagai scoliosis
idiopatik, harus mempunyai derajat kurvatura minimal 100 dengan rotasional dan
deviasi lateraral pada radiologi ( < 10 derajat dapat dikatakan normal). .
Bentuk Kurva
Ada
lima bentuk kurva scoliosis idiopatik adolescent yang pertama diklasifikasikan
oleh Ponseti dan Friedman, sedangkan Moe mengklasifikasikan kedalam 6 bentuk
1. Single major lumbar curve. Kurva lumbal mempunyai apeks antara discus L1-L2 dan L4.
2. Single major thoracolumbar curve. Apeks kurva thorakolumbal pada T12 atau L1.
3. Combined thoracic and lumbar curves (double major kurves)
4. Single major thoracic curve. Bentuk kurva ini umumnya melengkung kekanan.
5. Single majorhigh thoracic curve. Apeks biasanya pada T3 dengan kurva memanjng dari C7 atau T1 sampai T4 atau T5.
6. Double major thorakal curve11,12
1. Single major lumbar curve. Kurva lumbal mempunyai apeks antara discus L1-L2 dan L4.
2. Single major thoracolumbar curve. Apeks kurva thorakolumbal pada T12 atau L1.
3. Combined thoracic and lumbar curves (double major kurves)
4. Single major thoracic curve. Bentuk kurva ini umumnya melengkung kekanan.
5. Single majorhigh thoracic curve. Apeks biasanya pada T3 dengan kurva memanjng dari C7 atau T1 sampai T4 atau T5.
6. Double major thorakal curve11,12
Klasifikasi
King
Sejak
awal tahun 1983, system King-Moe telah mengklasifikasikan scoliosis idiopatik
adolescent (AIS) untuk terapi pembedahan kemudian semua pasien diterapi dengan
menggunakan instrument batang Harrington untuk mengoreksi deformitas. King
tidak memasukkan thorakolumbal, lumbal, atau ganda atau tiga kurva mayor pada
klasifikasinya.
1.King I- Kurva lumbal lebih besar dari kurva torakal
2. King II- Kurva thorakal lebih besar daripada kurva lumbal
3. King III-kurva torakal dngan kurva lumbal tidak melewati garis tengah
4. King IV-Kurva thorakal panjang dimana L4 miring kedalam kurva
5. King V- Kurva thorakal ganda
1.King I- Kurva lumbal lebih besar dari kurva torakal
2. King II- Kurva thorakal lebih besar daripada kurva lumbal
3. King III-kurva torakal dngan kurva lumbal tidak melewati garis tengah
4. King IV-Kurva thorakal panjang dimana L4 miring kedalam kurva
5. King V- Kurva thorakal ganda
KLASIFIKASI
LENKE
Klasifikasi
Lenke merupakan system yang dikembangkan dalam mengklasifikasikan scoliosis
Idiopatik Adolescent (AIS), kini telah direkomendasikan dalam pengobatan
spesifik dengan perbedaan metode pengobatan.
Sistem Klasifikasi Lenke memadukan tiga komponen
(1). Tipe Kurva (1-6)
(2). Lumbar spine modifier (A,B,or C)
(3). Sagittal thoracal modifier (-,N or +)
Sistem Klasifikasi Lenke memadukan tiga komponen
(1). Tipe Kurva (1-6)
(2). Lumbar spine modifier (A,B,or C)
(3). Sagittal thoracal modifier (-,N or +)
PENANGANAN
PRINSIP PENANGANAN
1. Mencegah Progresifitas
dan menjaga keseimbangan
2. Menjaga fungsi respirasi
3. Mengurangi Nyeri
2. Menjaga fungsi respirasi
3. Mengurangi Nyeri
PENANGANAN
NON OPERATIF
a. Observasi
Observasi diindikasikan pada derajat kurva yang kurang dari 250 pada pasien immatur dan kurang dari 500 pada pasien matur.
- melakukan pemeriksaan 3 bulan setelah pertamakali knjungan dan setiap6-9 bulan untuk kurva yang kurang dari 200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurva yang lebih dari 200. 5,8,10,11
Observasi diindikasikan pada derajat kurva yang kurang dari 250 pada pasien immatur dan kurang dari 500 pada pasien matur.
- melakukan pemeriksaan 3 bulan setelah pertamakali knjungan dan setiap6-9 bulan untuk kurva yang kurang dari 200 dan tiap 4-6 bulan untuk kurva yang lebih dari 200. 5,8,10,11
b.. Orthosis (Brace)
Pasien disarankan untuk
menggunakan brace untuk mencegah pertambahan kelengkungan ketika :
- Pasien masih bertumbuh dan derajat kelengkungan berkisar 25-300
- Memilih waktu pertumbuhan kurang lebih 2 tahun lagi, derajat kelengkungan 20-290, dan jika perempuan belum mencapai periode menstruasi pertama, atau
- Masih bertumbuh dan memiliki derajat kelengkungan 20-290 yang semakin memburu
Brace
membantu mengurangi progresivitas kurva akan tetapi tidak mengurangi besarnya
deformitas. Brace harus digunakan 16-23 jam sehari dan harus dipakai sampai ada
maturitas skeletal, yang biasanya terjadi pada usia 14 tahun pada wanita dan 16
tahun pada laki-laki. Pada saat skeletal matur, pasien secara bertahap
dilepaskan dari brace.
Secara
periodik, selama terapi brace, radiograf dilakukan untuk mengetahui manfaat
terapi. Meskipun memakai brace, kira-kira 15-20 % pasien yang diterapi akan
memperlihatkan progresifitas lengkung yang nyata. Pemasangan penyangga dapat
digunakan seperti penyangga dari Milwaukee atau penyangga dari Boston.
2.
PENGOBATAN OPERATIF
I.
INDIKASI OPERASI :
a. operasi dilakukan
apabila sudut lebih dari 400 atau terjadi progresifitas dari sudut sebelum usia penderita mencapai dewasa.
Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan melakukan follow up secara
teratur.
b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan dan pengobatan
c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil
d. Progresifitas kurva melebihi 500 pada orang dewasa
b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan dan pengobatan
c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil
d. Progresifitas kurva melebihi 500 pada orang dewasa
II. TUJUAN
PENGOBATAN
a. Mencegah progresivitas kurva
b. Menjaga keseimbangan vertebra dan pelvis
c. Menjaga fungsi respirasi
d. Mencegah nyeri
a. Mencegah progresivitas kurva
b. Menjaga keseimbangan vertebra dan pelvis
c. Menjaga fungsi respirasi
d. Mencegah nyeri
III. PEMILIHAN FUSI POSTERIOR
a. Tergantung klasifikasi skoliosis ( King atau Lenke)
b. Tingkat/luas fusi
- Harus termasuk dalam Harrington Stable Zone , dimana ditentukan dengan dua garis perpendicular dari pedikel sacral
- Harus termasuk Neutral Vertebra , dimana tidak ada rotasi vertebra
- Jika mungikin, hindari fusi dibawah L4 untuk menjaga gerakan segmen distal. Distal Vertebra harus Neutral Stable dan horizontal sampai sacrum setelah instrumentasi.
- Untuk King Tipe I dan IV, fusi harus dihentikan satu level diatas Stable vertebra.
- Untuk mencegah dekompensasi koronal post operative, utamanya pada King tipe II, overkoreksi pada kurva torakal harus dihindari.
a. Tergantung klasifikasi skoliosis ( King atau Lenke)
b. Tingkat/luas fusi
- Harus termasuk dalam Harrington Stable Zone , dimana ditentukan dengan dua garis perpendicular dari pedikel sacral
- Harus termasuk Neutral Vertebra , dimana tidak ada rotasi vertebra
- Jika mungikin, hindari fusi dibawah L4 untuk menjaga gerakan segmen distal. Distal Vertebra harus Neutral Stable dan horizontal sampai sacrum setelah instrumentasi.
- Untuk King Tipe I dan IV, fusi harus dihentikan satu level diatas Stable vertebra.
- Untuk mencegah dekompensasi koronal post operative, utamanya pada King tipe II, overkoreksi pada kurva torakal harus dihindari.
Perawatan
dari scoliosis didasarkan pada keparahan dari lekukan dan kesempatan-kesempatan
dari lekukan menjadi lebih buruk. Tipe-tipe tertentu dari scoliosis mempunyai
suatu kesempatan yang lebih
besar untuk memburuk, jadi tipe dari scoliosis juga membantu menentukan perawatan yang tepat. Ada tiga kategori-kategori utama dari perawatan: pengamatan, penunjang (bracing), dan operasi.
besar untuk memburuk, jadi tipe dari scoliosis juga membantu menentukan perawatan yang tepat. Ada tiga kategori-kategori utama dari perawatan: pengamatan, penunjang (bracing), dan operasi.
Functional
scoliosis disebabkan oleh suatu kelainan ditempat lain didalam tubuh. Tipe
scoliosis ini dirawat dengan merawat kelainan itu, seperti suatu perbedaan pada
panjang kaki. Tidak ada perawatan langsung dari spine karena spine adalah
normal pada orang-orang ini.
Neuromuscular
scoliosis disebabkan oleh suatu perkembangan yang abnormal dari tulang-tulang
spine. Tipe-tipe dari scoliosis ini mempunyai kesempatan paling besar untuk
menjadi lebih buruk. Pengamatan dan penunjang (brace) secara normal tidak
bekerja dengan baik untuk orang-orang ini. Kebanyakan dari orang-orang ini akan
akhirnya memerlukan operasi untuk menghentikan lekukan menjadi memburuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar